Salam Pendidik Indonesia. Blog ini adalah kompilasi Resume/Rangkuman Kuliah Rabu Pahing. Fokus dalam bidang Pendidikan. Semoga dapat menjadi tetesan embun pagi yang menyegarkan dan memberikan pengayaan untuk pendidikan di Indonesia.

Rabu, 16 Mei 2018

BELAJAR DARI SANG GURU BANGSA-Oleh: YOH-KRP 5 JUN 2017

BELAJAR DARI SANG GURU BANGSA
Oleh: Yohanes W. Nugroho

Berbicara mengenai kebangsaan, tidak bisa dilepaskan dari konsep nation state atau negara bangsa, konsep yg juga diusung oleh the founding fathers kita yang kemudian memilih UUD 1945 sebagai dasar konsitusi dan demokrasi Pancasila sebagai landasan ideologisnya. Salah satu konsep ideologis yang sangat unik, karena mengakomodasi sistem sosialis demokratis, namun juga liberal dan menambahkan konsep teokrasi di dalamnya. Merangkum tiga ideology yang notabene saling bertentangan untuk hidup bersama dalam satu rumah. 

Bukan suatu kebetulan jika para bapak bangsa ini merumuskan suatu dasar konstitusi yang demikian. Kebhinekaan itulah alasannya. Agar Indonesia, sebagai salah satu negara yang memiliki potensi kekayaan alam, keberagaman sumber hayati dan non hayati yang sangat besar dan selalu menjadi incaran negara-negara lain , itu dapat menjadi negara besar dan rakyatnya makmur sejahtera, agar akhirnya rakyat Indonesia bisa menikmati kemerdekaan sejati dan mampu berdiri di atas kakinya sendiri, agar kebhinekaan dan keberagaman itu selalu menjadi nafas bagi dinamika anak-anak bangsa. Itulah yang berusaha dijaga oleh para pendiri bangsa ini, 

Adalah Haji Oesman Said Tjokroaminoto, sang guru bangsa yang mewariskan pemikirannya dan melahirkan tokoh-tokoh besar para pendiri bangsa ini. Tjokroaminoto, salah satu ketua Sarikat Islam, sebuah organisasi masa yang memiliki jumlah pengikut terbesar jauh sebelum kemerdekaan, sudah menggagas ide tentang demokrasi kerakyatan, yang menggabungkan ide demokrasi liberal dengan sosialisme marxis dan islam yang kemudian menginspirasi para murid yang mondok di rumahnya dengan pemikiran-pemikiran mereka. Sukarno dengan nasionalisme marhaennya, Semaun dengan Sosialisme Marxisnya, dan SM Kartosowirjo dengan Sosialisme Islamnya. Dalam kebhinekaan, bangsa ini dibangun, maka Bhineka Tunggal Ika adalah esensi sekaligus eksistensi bangsa ini.

KRPSMA 5 JUN 2017 / TEMA: KEBANGSAAN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar